Sebelum bertemu denganmu, menatap
wajahmu yang indah, dulu aku hanyalah seorang diri. Saat pertama kali
mata ini memandang paras indahmu, hati ini menginginkan. Yang sejak
saat itu tersiksa, dan mulai berjuang meraih cintamu. Berbagai cara
ku tempuh agar dirimu tau betapa hati ini menginginkan. Berharap,
dirimu mau, biarpun sekedar melirik, lalu memandangku sebagai lelaki
yang tepat untuk menjagamu.
Dan saat dirimu berhasil ku miliki, aku sangat senang, sebuah kemenangan sempat aku rasakan. walaupun hal demikian barulah kemenangan kecil, yang mempertahankannya juga perlu perjuangan. Iya, berjuang meyakinkan dirimu, berjuang meyakinkan mereka-mereka yang kurang bahkan tidak setuju, melawan pejuang-pejuang lain yang iri mencoba mengganggu, berjuang mengatasi egoku dan memastikan kesetiaanmu.
Tapi aku bahagia. Sejak kamu ada bersamaku, aku tidak lagi melawan kesendirian, tidak lagi berjuang sendiri. Kita berjuang bersama-sama. Kita pernah percaya bahwa, suatu saat nanti kita akan dapat saling memiliki. Kita pernah yakin bahwa, kemenangan yang didapat dengan perjuangan yang berat, dengan melewati berbagai macam rintangan hebat, nantinya akan menjadi sebuah kenikmatan tersendiri bila dibanding dengan kemenangan yang biasa-biasa saja. Kemudian kita terus berjuang, sepakat mengusahakan kemenangan itu menjadi indah dan sempurna. Hingga tiba waktunya resepsi yang meriah siap kita rayakan bersama.
Tapi...
Tapi akhir dari setiap perjuangan, sejatinya hanyalah ada dua, kalah atau menang. Terlepas kalah itu karena aku menyerah, atau entah karena aku yang mengalah, hasilnya tetap sama, Aku kalah! Kenyataannya, aku hånyålåh juara sementara. Tak kurang dari seorang pecundang. Iya, seorang pecundang yang terbiasa menang di awal dan akhirnya kalah di akhir. Aku sempat tak terima, tapi akhirnya tak berdaya, pasrah, merelakan piala yang hanya sempat ku pandang ku genggam, kini telah dikecup orang lain.
Dan saat dirimu berhasil ku miliki, aku sangat senang, sebuah kemenangan sempat aku rasakan. walaupun hal demikian barulah kemenangan kecil, yang mempertahankannya juga perlu perjuangan. Iya, berjuang meyakinkan dirimu, berjuang meyakinkan mereka-mereka yang kurang bahkan tidak setuju, melawan pejuang-pejuang lain yang iri mencoba mengganggu, berjuang mengatasi egoku dan memastikan kesetiaanmu.
Tapi aku bahagia. Sejak kamu ada bersamaku, aku tidak lagi melawan kesendirian, tidak lagi berjuang sendiri. Kita berjuang bersama-sama. Kita pernah percaya bahwa, suatu saat nanti kita akan dapat saling memiliki. Kita pernah yakin bahwa, kemenangan yang didapat dengan perjuangan yang berat, dengan melewati berbagai macam rintangan hebat, nantinya akan menjadi sebuah kenikmatan tersendiri bila dibanding dengan kemenangan yang biasa-biasa saja. Kemudian kita terus berjuang, sepakat mengusahakan kemenangan itu menjadi indah dan sempurna. Hingga tiba waktunya resepsi yang meriah siap kita rayakan bersama.
Tapi...
Tapi akhir dari setiap perjuangan, sejatinya hanyalah ada dua, kalah atau menang. Terlepas kalah itu karena aku menyerah, atau entah karena aku yang mengalah, hasilnya tetap sama, Aku kalah! Kenyataannya, aku hånyålåh juara sementara. Tak kurang dari seorang pecundang. Iya, seorang pecundang yang terbiasa menang di awal dan akhirnya kalah di akhir. Aku sempat tak terima, tapi akhirnya tak berdaya, pasrah, merelakan piala yang hanya sempat ku pandang ku genggam, kini telah dikecup orang lain.
Pada akhirnya, aku sendiri lagi. walau ternyata perjuangan belum berhenti. Iya, aku masih
harus berjuang kembali. Berjuang melupakan dirimu, berjuang
melupakan segala tentangmu, yang sudah terlanjur menancap kuat, di
jantung hati. Sambil pura-pura menghibur diri, mungkin sudah
dipersiapkan jodoh yang lebih baik. :)
Sumber : Zukirama | Arizuna Zukirama | Zuck Linn | Zuki
No comments:
Post a Comment